— ketika Lee Hyori marah karena muruah
2013 seakan menjadi tahun penegasan
bagi puan Korea Selatan yang menggelinjang dalam industri musik. Tahun itu mereka
tampil serentak dengan mengelaborasi sisi maskulin dan feminin yang selalu
menyerta dalam jiwa manusia (laki dan puan), walau kadang perbandingannya jomplang. Girls’ Generation dan 2NE1 adalah
contoh dari kelompok. Sementara CL adalah contoh dari solo serta Park Bom dan
Lee Hi dari duo. 2013 memang banyak menghasilkan karya bagus.
Girls’ Generation hadir dengan dua
album penuh sekaligus: I Got a Boy untuk
album versi Korea serta Love & Peace
untuk versi Jepang. I Got a Boy
memberikan karya bagus seperti I Got a
Boy yang nuansa rasanya campur-aduk melintasi ruang dan waktu. Dancing Queen terasa sebagai penegasan kesan
mereka seperti di-jlentreh-kan pada Gee empat tahun sebelumnya. Love & Peace sendiri memberikan karya
keren semisal My oh My dan Gossip Girls.
Love
& Peace belakangan menjadi tajuk konser tur skala
stadion yang mereka lakoni. Konser tersebut meninggalkan kenangan manis berupa
pelantunan Into the New World dengan sedikit
aransir ulang. Aransir langgam perjuangan mereka tersebut memberi penekanan
pada Jessica, Taeyeon, dan Tiffany. Dari semua itu, Girls’ Generation menyapu
bersih sisi feminin puan. Walau dalam I
Got a Boy tampak berusaha tampil fearless,
tetap saja mereka terkesan kenes.
2NE1 tidak merilis satu buah album
penuh mapun album mini sekalipun. Walau demikian, mereka tetap hadir menyapa
dengan langgam keren melintas batas: Falling
in Love, Do You Love Me, dan Missing You. Disambung dengan I Love You yang dirilis sebagai langgam
tunggal pada 2012, mungkin keempatnya bisa dipaketkan saja sebagai album mini.
Serupa dengan Girls’ Generation dalam I Got a Boy, kali ini 2NE1 tampak
berusaha tampil feminin namun tetap saja lebih kuat kesan maskulin. Image yang terlanjur melekat memang
sulit diubah 180 derajat. Itulah yang membuat Gee dan Fire menjadi
langgam ikonik bagi dua kelompok ini.
Selain tampil menyapa sebagai kelompok,
2NE1 pun hadir sebagai solo dan duo. CL, leader
tampil merilis The Baddest Female
(TBFM), yang membirkan rasa fearless.
Mulanya langgam ini hendak diberi judul Bad
Girls, hanya saja CL kalah start
dengan Lee Hyori yang merilis langgam berjudul demikian enam hari sebelumnya.
Jadilah judulnya diganti mendadak. Bagus juga rasanya. Baddest adalah kelanjutan Bad
dan Female adalah kelanjutan Girls. Sementara CL kerap digadang
sebagai the next Lee Hyori.
Sementara tandem utama CL dalam
melantunkan suara di 2NE1, Park Bom, menutup tahun tersebut dengan merilis All I Want for Christmas is You. Langgam
yang dirilis urun suara Bom dan Lee Hi ini adalah pelantunan kembali langgam terkenal sejak lama
(1994) dari sinden legendaris (Mariah Carey). Carey diakui Bom sebagai role model-nya sebagai penyanyi.
Ini
termasuk ajang perjudian lantaran setahun sebelumnya bersama 2NE1 mereka panen
cacian. Gara-garanya pelantunan kembali Like
a Virgin milik Madonna gagal dilakukan dengan bagus sepertihalnya Beyonce
dan Robbie Wiliams melakukannya pada Bohemian
Rhapsody milik Queen.
Beruntung
dengan usaha aransir ulang, All I Want
for Christmas is You versi Bom & Hi bisa lepas dari bayang-bayang dan
tak membayangi versi Carey. Ketika dibawakan Carey, kita merasa bahwa perayaan
yang identik dengan peristiwa keagamaan bisa dilakukan dengan penuh keceriaan.
Sedangkan Bom&Hi menjadikan momentum Natal tetap sakral.
Langgam
Natal yang dirilis Bom lebih bagus ketimbang All I Want for Christmas is You tanpa aransir ulang yang
dinyanyikan Girls’ Generation maupun Dear
Santa dari Girls’ Generation TTS (Taeyeon, Tiffany, dan Seohyun).
The
class of Queen dari Korea Selatan, Lee Hyori, pun tak mau ketinggalan.
Sementara Girls’ Generation dan 2NE1 serta CL dan Bom & Hi hadir menyapa
dengan masing-masing membawa satu sisi saja, kenes atau fearless, Hyori tampil mbeling
dengan mengelaborasi dua sisi itu. Dua sisi yang dihadirkan beriringan oleh
Hyori tersebut membikin judul album penuhnya, Monochrome, menjadi bermakna.
Hyori
tampak memahami bahwa kenes sebagai buah dari feminin dan fearless sebagai buah dari maskulin adalah dua sisi berlawanan yang
bisa beriringan walau kadang salah satu lebih mudah ditonjolkan. Terlebih lagi
sebagai Queen, dua sisi tersebut
harus dimiliki: feminin yang ditegaskan sematan Goddes dan maskulin dengan penegasan berupa Mistress.
Hingga
saat ini, Monochrome masih menjadi
album penuh terakhir Hyori. Apalagi pertengahan 2015 lalu dia undur diri dari
industri hiburan. Hyori istirahat dari semat penghibur untuk menikmati waktunya
sebagai manusia biasa. Entah kembali atau tidak, yang jelas dia akan tetap
dikenang sepertihalnya Uhm Jung Hwa.
Generasi
Hyori dan Jung Hwa adalah generasi pemula yang menata jalan hingga akhirnya
Girls’ Generation hadir melanjutkan jalan yang telah ditatakan serta 2NE1 hadir
melengkapi sisi yang terlupakan. Albumnya berisi langgam-langgam bergizi, bisa
bersinggungan dengan kenangan pribadi, serta sanggup menggambarkan
kecenderungan zaman.
Dari
enambelas langgam yang disajikan, secara pribadi langgam favorit saya adalah Amor Mio, walakin langgam ini di-sandwich dengan Miss Korea dan Bad Girls.
Amor Mio sendiri dirilis sebagai
langgam tunggal pada 27 Mei 2013, lebih akhir ketimbang Miss Korea dan Bad Girls.
Langgam ini hanya mendayagunakan suara intan Hyori dipadu permainan piano sekaligus
tandem urun suara Honey-G.
Dilantunkan dengan dua orang, laki dan
puan, langgam ini menyinggung pengalaman pribadi saya ketika merindukan seorang
puan. Serupa dengan Last Minutes dari
Ayumi Hamasaki, sekelasnya Hyori dari Jepang, yang dirlis tahun 2015. Last Minute juga termasuk dalam bagian
album paling saya suka, A One.
Saking sukanya pada A One, sampai saya tiru namanya menjadi A Sixxxxxx untuk menggambarkan momentum
buka bersama dengan Maryam, Uwais, Adi, Sherly, dan Lailul 13 Juni 2016 silam. Dalam
video musiknya mereka tampil sama dengan mengenakan gaun warna merah, warna
yang bisa memberikan kesan feminin dan maskulin pada puan sekaligus.
Miss Korea
dan Bad Girls dirilis dalam rentang waktu yang berdekatan, 03 Mei dan 21
Mei, 2013. Keduanya memberi kesan yang tak hanya berbeda bahkan berlawanan. Miss Korea menegaskan sisi feminin
sedangkan Bad Girls maskulin.
Alunan nada Miss Korea
menyuguhkan nuansa rasa klasik yang membawa kesan jazzy ketika disimak. Hyori berhasil menggiring penyimak untuk melintas
batas waktu kembali ke masa lalu. Masa-masa ketika persinggungan sebuah karya
seni dan industri belum terlampau erat. Selain itu juga menggiring penyimak
pada perjalanan kariernya, dari semula bagian kelompok lalu tampil sendiri
sesudah kelompoknya hancur.
Pemahaman Hyori pada dirinya sendiri
disertai kelihaian menggubah langgam membikin Miss Korea terasa pas dengan suaranya yang terkesan kenes pada nada
tertentu. Selain itu juga suaranya bisa berpadu harmonis dengan alunan nada
dari drum, bass, dan gitar. Hyori termasuk salah satu seniman kritis terhadap keadaan
lingkungan. Miss Korea sendiri
termasuk langgam yang digubahnya sebagai caranya mengkritisi keadaan lingkungan.
Miss Korea
berkisah mengenai fenomena pemilihan ratu kecantikan. Melalui Miss Korea, Hyori menyampaikan ungkap
rasanya kepada khalayak bahwa tak ada garansi bahwa semat ratu kecantikan membikin
seseorang bisa bersikap semaunya tanpa tenggang rasa dan toleransi.
Semat ratu kecantikan memang membikin
seseorang tampak mewah dengan mengenakan produk bermerek terkenal, seperti puan
Jawa tampil dengan kebaya ataupun laki Jawa dengan keris kalau pada masa lalu.
Walakin dibalik kemewahan yang ditampilkan, semat tersebut membikin kehidupan Miss
Korea penuh kekhawatiran akan banyak hal.
Hyori tampak jor-joran dalam
menggarapnya. Selain melalui paduan kata, alunan nada, serta penyelarasan
pelantunan, video musik pun dibikin supaya bisa menggambarkan perpaduan ketiganya.
Misalnya melalui penekanan pengambilan gambar pada produk fesyen bermerek kelas
dunia hingga keadaan saat sedang praktik operasi plastik.
Tampilan video musik tersebut mirip
dengan Vogue milik Madonna. Linimasa
musik memang saling memengaruhi antar generasi. Baik pengaruh dalam bentuk
pelantunan kembali, peniruan paduan kata dan alunan nada, maupun penggambaran
melalui video musik. Lee Hi pun terpengaruh oleh My oh My milik Girls Generation saat melantunkan (lupa judulnya, pokoknya
lagu kesukaan Dini Fitriani).
Dibalik kritik spesifik ini, Hyori menegaskan
bahwa pandangan liyan tak perlu
terlampau dipersoalkan selama melakoni kehidupan dengan mengikuti nurani. Penegasan
ini pula yang diusung pada Bad Girls.
Jika Miss Korea mengingatkan puan
feminin agar tak mekso melawan
nuraninya dengan tampil maskulin (menempeleng Girls’ Generation), Bad Girls ganti menempeleng 2NE1 dengan
peringatan sebaliknya. Sebagai innuendo,
Bad Girls dilantunkan dengan nuansa
erat K-Pop yang banyak diisi nuansa dance.
Sepertihalnya Miss Korea, Bad Girls pun
digubah sendiri olehnya. Hyori menggubah sendiri langgam yang berkisah tentang
seorang puan yang dibesarkan oleh ibu tiri sesudah ibu kandungnya meninggal
saat melahirkannya. Puan tersebut tumbuh dalam keluarga dan rumah tangga yang
penuh ketaksingkronan.
Ibu tiri tak terlampau suka pada anak
tirinya namun berusaha mengesankan menyayangi sang anak saat di depan suami
(ayah kandung anak). Keadaan rumah yang tak enak membikin anak itu tumbuh
sebagai puan mbeling. Saya belum
menemukan kata yang pas selain kata dari bahasa Jawa yang bermakna nakal nakal
tapi punya muruah ini.
Sebagai puan mbeling, dia kerap dipandang rendah. Terlebih puan tersebut
dianugerahi kesintalan badan menawan. Hal ini membikin puan tersebut semakin mbeling dengan menjadi sosok pemberontak.
Sosok tersebut selalu memberontak saat terjadi perendahan muruah. Tak hanya
muruahnya sendiri, juga muruah liyan.
Hyori menegaskan bahwa puan tak boleh merasa rendah dari laki walau fisiknya
tampak lebih lemah.
Lebih dari itu, melalui dua langgam
itu, Hyori mengungkapkan bahwa tak perlu ragu mengikuti nurani walau ada
saatnya mendapatkan kesan tak mengenakkan dari liyan. Yang jelas, secemar-cemarnya kesan yang diberikan oleh liyan, muruah tak boleh dilacurkan. Anyway, Girls’ Generation formasi tanpa
Jessica Jung melakukan hal serupa Bad
Girls pada Catch Me If You Can
sementara Jessica Jung tanpa Girls’ Generation melantunkan kembali Miss Korea. Asik euy battle-nya...
B.Rb.Pa.121249.37.140916.08:53