Leily Hardianti Rosiana masih menjadi santri mukim
ketika saya mulai kuliah. Sehingga kami tak sering berkirim pesan pendek maupun
bercakap melalui ponsel saat itu. Sialnya, Leily belum bisa membantu saya yang
putus kontak dengan Eny Rochmwati Octaviani dan Nur Hidayati. Dua orang ini
baru bisa saya hubungi 06 Maret 2013.
Sepanjang 2012, saya jarang berkomunikasi dengan Tata
dan Leily dan juga tak pernah berjumpa mereka. Begitu juga Hida. Baru pada 2013
saya bisa melepas rindu yang lama terpendam pada sepasang immortal friendship girls’ generation ini. Beda dengan Hida yang
baru berkesempatan setahun kemudian.
Saya yang saat itu pulang di akhir Ramadhan baru bisa
bertemu mereka ketika lebaran. Ketika kalbu memendam rasa rindu mendalam,
pertemuan singkat menjadi satu peristiwa berkesan kuat.
Tata, Leily, Rori, dan Faiz, seluruhnya saya hubungi
untuk saya ajak kumpul bersama. Ada rasa tersendiri ketika bisa berjumpa meski
komunikasi melalui media elektronik masih berjalan baik. Bagi saya, semakin
berkembang media komunikasi maka perjumpaan semakin penting dilakoni.
Semuanya bilang bisa hadir pada hari keenam lebaran.
Lalu saya meminta saran tempat yang enak untuk mini-reuni pada Tata. Dia
menyarankan untuk makan di Payaman. Saya memang meminta tempat lesehan kalau mau makan, serta yang
ekonomis.
Lebaran tahun itu adalah lebaran paling meriah dalam
mini-reuni yang saya lakoni. Mulai masa balita hingga akhir remaja, semua
sosok-sosok penting bagi saya diajak berjumpa. Lebaran menjadi saat paling saya
suka untuk berjumpa bersama ketimbang Ramadhan.
‘Idul Fitri yang berarti perayaan (’idul) dengan makan-makan (fitri)
menjadi momen yang selalu saya pakai untuk urusan kebersamaan. Kosok bali
dengan Ramadhan yang lebih banyak saya nikmati sendiri. Kalau orang bilang saya
egois, puncak keegoisan saya terjadi pada bulan Ramadhan setiap tahunnya meski laila al-qodar tak selalu terjadi pada
bulan liburan ini.
Sehari sebelum pertemuan itu dilaksanakan, saya
menjumpai Tata ke rumahnya bersama Arul (Fachrul Harri Wibowo). Arul bersama
saya sedang mempersiapkan mini-reuni tersulit yang pernah kami hadapi hingga
saat ini.
Dia adalah sepupu jauh sekaligus sahabat dekat saya
yang pernah bersama membentuk grup bersama Sisca (Sisca Rahmawati) dan Mamad
(Ahmad Fuad Ria Sahana). Semula grup kami diberi nama A.S.A.M hingga akhirnya
berubah menjadi M.A.S.A.M ketika Maya (Maya Ulfah) ikut serta bergabung.
Nama yang diambil dari gabungan akronim sapaan ‘resmi’
kami ini terinspirasi dari grup band paling saya gilai, DEWA19 (Dhani, Erwin, Wawan, dan Andra), kemudian ditambahi 19 oleh Ari Lasso. Kebetulan saja kalau
terdapat keserupaan dalam hal pembentukan selain tentunya penamaan.
Saya menjumpai Tata untuk memintanya memesan tempat
buat esok hari. Tata menunggu di depan rumah dengan mengenakan kaos hitam dan
celana pendek. Penampilan yang sama seperti dalam foto yang pernah dia unggah
di Facebook tahun 2012 silam.
Arul memilih menunggu saja di atas sepeda motor. Ada
beberapa anak kecil saat itu yang sedang bermain di rumah Tata yang cukup sejuk
untuk ukuran lingkungan bersuhu panas. Di sebelah tenggara, ada beberapa
bapak-bapak yang berkumpul bersama menikmati senja.
Esok harinya kami bertemu di Payaman. Leily, Rori, dan
Faiz sudah bilang akan datang pada acara kumpul-kumpul itu. Hida tak mungkin
datang. Sedangkan Tata pasti datang. Tata tak pernah janji pada saya tapi dia
selalu melakukan ucapan yang sudah dikatakan.
Hari itu, Rabu 14 Agustus 2013, pagi hari saya sudah
turun gunung menuju Jepara. Seperti disebutkan sebelumnya, lebaran tahun
tersebut adalah lebaran ‘tersibuk’ untuk mini-reuni.
Sementara sore harinya saya mengajak Tata dkk.
berjumpa, pagi hingga siangnya saya pakai waktu untuk bertemu dengan ‘Nyak’ Ofis (Syarofis Si’ayah), Novi ‘Kaka’ (Novi Khoirunnisa Kurniawati),
Layli ‘Nunung’ (Layli Nur Aini), Abid
‘Mas Roy’ (Royyan Abid), serta Kyky ‘Ndig’ (Muhammad Aldian Muzakky).
Kyky adalah orang yang banyak saya mintai tolong
mengambil gambar saya selama masa SMA. Dia nyaris sebagai ‘tukang foto’ pribadi
saya.
Sambil menunggu waktu yang masih tersisa beberapa jam
sebelum kumpul bersama Tata dkk., saya mampir ke rumah Kyky, adu ketangkasan
memainkan game Winning Eleven di
tempat yang dekat dengan Stadion Kamal Junaidi itu.
Kabar tak mengenakkan datang dari Rori dan Faiz ketika
saya di rumah Kyky. Dimulai dari Rori yang tiba-tiba bilang tak bisa datang.
Kemudian beberapa saat Faiz mengatakan hal serupa.
Saya hampir marah pada mereka dan kemudian menghubungi
satu per satu melalui telepon. Cukup memaksa sebenarnya karena saya juga ingin
berkumpul bersama mereka. Keduanya tetap tak bisa datang meski saya memaksa
mereka. Ya sudahlah.
Begitu jarum jam menunjukkan pukul 3 sore saya segera
menuju Kudus. Sudah terdengar suara adzan pertanda masuk waktu Ashar tapi saya
memilih sholat di Kudus saja.
Setengah jam kemudian saya sampai di Loram Kulon dan
sholat Ashar di masjid daerah sana. Setelahnya, segera menuju ke depan Museum
Kretek untuk menunggu Tata dan Leily.
Tata menjemput Leily di rumahnya dan berangkat bersama
memakai satu motor. Setelah cukup lama menunggu akhirnya mereka datang juga
bersama. Leily yang mengendarai motor dan Tata duduk di belakang.
Keduanya sama-sama memakai jilbab. Leily dengan baju
hijau bergaris dipadu rok hitam polos sedangkan Tata memakai baju pink
bergaris dipadu celana jeans biru. Kami bertiga segera menuju Payaman
bersama-sama.
Tahun 2013 adalah tahun ketika mereka lulus SMA dan MA
dan melanjutkan kuliah mereka. Obrolan kami saat itu lebih banyak seputar
kuliah. Apapun obrolannya terasa asik karena ini adalah pelampiasan kerinduan
pada dua sahabat hebat yang ada dalam perjalanan saya. Keren lho mereka, Kim
Taeyeon sama Jessica Jung saja masih kalah.
Ketidakhadiran Rori dan Faiz membikin suasana seakan déjà vu dengan makan siang kesorean
tahun 2008. Kami bersama bertiga dengan posisi duduk yang sama persis.
Saya berhadapan dengan mereka berdua dan Tata di
sebelah kiri Leily. Satu keadaan yang kembali terulang di rumah saya pada
lebaran tahun ini di rumah saya. Hida tak ikut serta saat itu. Dia mendadak
sakit karena kecapekan setelah keliling sepanjang lebaran hari itu.
Kadang asyik juga mengenang beberapa peristiwa terkait
perjalanan saya. Beberapa peristiwa yang dilalui bisa menjadi penghibur saat
sedang lara maupun pengingat ketika sedang mapan.
Misalnya ketika Tata dan Leily ke rumah saya pada lebaran
2016. Memory saya kok segera meloncat
ke tahun 2007, saat Tata pertama kali bercakap dengan saya melalui ponsel.
Sama-sama pada hari ketiga lebaran.
Segala rekaman peristiwa sepanjang perjalanan saya
banyak yang masih terekam kuat. Sayang, rekaman peristiwa bersama tersebut tak seluruhnya
didukung dengan gambar untuk mengabadikan. Pengabadian peristiwa melalui gambar
lebih mudah dinikmati oleh banyak orang.
Rekaman peristiwa dengan gambar itu pula yang belum
ada sepanjang saya terlibat persahabatan dengan Tata dan Leily. Walau sudah
dimulai sejak era Into the New World-nya
Girls’ Generation, baru pada era Dancing Queen kami bertiga sempat foto
bersama.
Saya ingin memiliki kenangan gambar dengan mereka,
foto berdua saja dengan Tata dan Leily serta foto bertiga sekaligus,
sepertihalnya saya menyimpan gambar kenangan dengan orang-orang lainnya.
Sayang saat di Payaman 2013 itu baru keturutan
foto berdua lantaran tak ada orang yang bisa membantu kami untuk foto bertiga.
Foto bertiga untuk kali pertama baru keturutan 15 Mei 2014, di alun-alun
Kudus.
Lucu juga rasanya. Bagi saya, mereka itu adalah
sahabat hebat saya. Namun hingga saat itu hanya ada satu foto bertiga antara
kami. Satu foto yang diambil saat tujuh tahun saya bersama mereka.
Tata dan Leily termasuk pribadi berkarakter kuat yang
ada dalam kehidupan saya. Mereka sudah terlibat ikatan persahabatan erat jauh
sebelum berkenalan dengan saya. Saya sangat bersyukur mereka membuka ruang pada
saya untuk ikut terlibat di dalam persahabatan bersama mereka.
Bisa jadi ketika Tata dan Leily mulai membuka ruang
pada saya, bersamaan dengan dimulainya persahabatan mereka berdua dengan Hida.
Satu hal bagus ketika saya kemudian juga bisa bersahabat dengan Hida. Ketiganya
sama-sama berjumpa saat menjadi siswa di SMPN 3 Kudus.
Perjumpaan berempat dua tahun terakhir selalu menjadi
satu peristiwa mengharukan batin saya. Mereka tak hanya hadir untuk meramaikan perjalanan
saya, walakin ikut serta mewarnai dan memperkaya.
Satu waktu, Hida pernah berungkap tentang kami
berempat. Ungkapan singkat yang melekat kuat. Pokoknya kita berempat tak boleh
bubar!” ungkap Hida ketika bercakap dengan saya melalui ponsel 24 November 2015
silam.
Say Yes, kita bisa mulai berhitung dari one, two, three dan kita bisa terus menerus melanjutkan tanpa
berhenti. Sudah adakah yang memastikan berapa besarnya tak terhingga?
![]() |
| Divine — clap your hands dancing queen |

