Ayumi Hamasaki [浜崎
あゆみ]
adalah manusia keren dalam menghadapi era kekinian
yang penuh suasana persaingan terutama kedisinian.[ii] Era kekinian dan kedisinian
sulit sekali menghasilkan legenda: sosok pengolah rasa manusia yang memiliki
pesona tanpa sirna melintas batas nalar terliar.
Artist
dan product baru memang datang bergantian,
sebagian hilang kemudian, sebagian melanjutkan rekam jejak keberhasilan,
walakin Ayu termasuk pengecualian. Ayu sanggup bertahan di tengah artist dan product baru yang menyerbu arena persaingan.
Ayu mulanya dikenal sebagai seorang singer. Seiring perjalanan kariernya,
dia menjelma sebagai seorang entertainer
yang lengkap.
Ayu bisa menjadi seorang singer dan songwriter yang bagus, performance
artist dan record producer yang
hebat, serta actress dan model yang oke.
Tak kalah penting ialah kelihaiannya
mentas sebagai spokesperson dan businessperson, memberi nilai
tersendiri bagi puan kelahiran Fukuoka ini.
Sebagai singer, Ayu adalah salah satu pelantun yang cerdas dalam menghayati
tembangnya. Melalui penghayatannya, Ayu bisa membuat sebuah tembang menjadi
sempurna maksimal ketika dinikmati. Ayu bisa menghayati tembang yang dilantunkan
baik saat perekaman maupun saat tampil langsung di panggung.
Sebagai songwriter, saya suka cara Ayu menuangkan perasaan ke dalam lirik
yang digubahnya. Kadang lirik yang ditulis oleh Ayu tak jelas penuturannya
serta terasa sulit dimengerti makananya. Walakin melalui penghayatan saat dilantunkan
oleh Ayu, lirik terasa asik, enak disimak, serta bertenaga dirasa.
Rekaman acapella dari Ayu bisa berpadu bagus dengan musik instrumental rock, dance, maupun classical. Semua warna musik tersebut
bisa cocok beriringan dengan pelantunan lirik meski tanpa ada perubahan
terhadap paduan kata dan aksara penyerta maupun perekaman suara istimewa Ayu.
Kemampuan Ayu dalam menulis lirik
juga didukung oleh kepiawaiannya dalam berkomunikasi secara verbal dan apresiasi yang tinggi
terhadap ungkapan melalui kata dan aksara. Barangkali apresiasi inilah yang
membuat Ayu meresap memiliki inspirasi saat mengungkapkan perasaan melalui
paduan kata dan aksara, lisan maupun tulisan.
Sebagai performance artist, Ayu terbilang perfectionist. Dia memiliki kebiasaan rapi dan rinci dalam
mempersiapkan pentasnya di atas panggung. Persiapan yang tak hanya dipercayakan
kepada timnya melainkan dirinya sendiri ikut serta sepanjang persiapan.
Bisa saja Ayu melakukan perbuatan
lain yang tak ada kaitannya dengan pentas saat timnya mempersiapkan. Ayu bisa tidur
saja, santai-santai menghabiskan waktu dengan melakukan kegemaran lainnya, dsb.
dst..
Hanya saja Ayu tak melakukan
perbuatan yang tampak mengenakkan kesehariannya ini. Ketika Ayu ingin mengadakan
pentas, dia mempersiapkan segalanya. Ayu sangat berkuasa terhadap pentas yang
dikehendakinya.
Penghayatan terhadap tembang yang
dilantunkan dan penyatuan terhadap pentas yang dilaksanakan, membuat suasana
terasa enak dinikmati. Ukuran kesintalan badan menawan dan kecantikan yang dimiliki
Ayu menambah daya tarik dalam pentasnya. Karena anugerah ini pula Ayu bisa sukses
juga berkarier sebagai model.
Keberhasilan Ayu berkarier sebagai
model tak dimungkiri berkelindan dengan keberhasilannya sebagai penyanyi.
Melalui karier sebagai penyanyi, Ayu bisa membentuk kerumunan penggemar yang
merasa terhibur oleh kehadirannya.
Penggemar yang menggandrungi Ayu melalui
karyanya, penampilannya, juga personalitas maupun identitasnya. Dari kegandrungan
pada identitas, karier Ayu sebagai model ikut terangkat.
Sekilas, Ayu adalah penghibur yang
memulai karier sebagai penyanyi lalu melebarkan sayap ke kancah modelling. Hanya saja, tak boleh dilupa
bahwa Ayu pertama kali memulai karier sebagai penghibur dengan menjadi model,
bukan penyanyi seperti image yang
melekat kuat padanya sepanjang menggelinjang.
Ayu menjalani masa balita dengan
suasana yang tampak duka. Ayu ditumbuhkembangkan keadaan yang memaksanya hanya
menjalani keseharian bersama ibu dan neneknya. Bapaknya meninggalkan Ayu
beserta ibunya saat puan kelahiran 02 Oktober 1978 ini masih berumur tiga
tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan harian, ibu
Ayu bekerja keras. Pekerjaan ibunya memaksa Ayu lebih banyak menghabiskan masa
balita dengan sang nenek. Bagus juga Ayu dilantan neneknya, pewarisan tradisi
leluhur bisa lebih mengendap padanya.
Meski ditumbuhkembangkan dengan
sentuhan puan, Ayu malah menjadi puan masculinine alih-alih femininine.
Selain itu, Ayu saat kecil
juga lebih senang menyendiri daripada terlibat dalam kerumunan lingkungan.
Ketika berumur tujuh tahun, Ayu
merasa ingin membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan harian. Keinginan Ayu
diwujudkan dengan menjadi model untuk lembaga-lembaga lokal, seperti bank. Dari
sini, Ayu bisa mendapatkan uang untuk membantu ibu memenuhi kebutuhan harian.
Karier amatir sebagai model terus
dijalani oleh Ayu. Perjalanan karier yang memaksa Ayu meninggalkan rumah untuk
pindah ke Tokyo. Di kota tak pernah tidur ini, Ayu berusaha untuk berkarier
profesional.
Ayu tampak menemukan langkah cerah
setelah dia berhasil digaet SOS, sebuah agensi yang menampungnya sebagai model.
Sayang, tak begitu lama, SOS tiba-tiba mengalihkan jalan Ayu dengan memperkenalkannya
pada Sun Music, sebuah agensi musik.
Melalui Sun Music, Ayu mencoba
peruntungan berkarier di bidang musik. Nama panggung ‘Ayumi’ dipakainya sebagai
cara pertama menyapa. Sapaan pertama Ayu dengan nama ‘Ayumi’ dilakukan dengan
merilis extended play (EP) bertajuk Nothing from Nothing.
EP berwarna rap ini dirilis dengan label Nippon Columbia pada 1995. Sayang,
upaya menjual suara untuk kali pertama ini gagal total. Kegagalan ini memaksa
Ayu banting jalan sejenak dengan merabah dunia peran.
Ayu mulai tampil sebagai seorang
pemeran dalam beberapa drama picisan seperti Ladys Ladys!! Sōcho Saigo no Hi serta acara drama televisi seperti Miseinen. Walau begitu, Ayu belum juga
sanggup menghentak khalayak. Tanggapan dari masyarakat sangat buruk bagi Ayu.
Kekecewaan dengan kariernya ini
membuat Ayu undur diri sejenak dari dunia peran pada Maret 1996. Dia memilih
istirahat dari kancah hiburan dengan kembali menghabiskan waktu bersama sang
ibu yang telah pindah ke Tokyo saat itu.
Sebenarnya Ayu memiliki catatan bagus
sebagai siswi sekolah. Dia kerap mendapat hasil yang tinggi dalam penilaian
unjuk kerjanya sebagai siswi saat di sekolah menengah pertama. Hanya saja, Ayu kesulitan
menikmati keseharian yang lekat dengan dunia pendidikan formal.
Ayu bahkan kehilangan kepercayaan
terhadap kurikulum sekolah, yang menurutnya tak bisa menjadi pewadah dalam
mengembangkan hasratnya. Kepercayaan yang hilang terhadap dunia pendidikan
formal menjadi penyebab catatan Ayu sebagai siswi sekolah mulai menurun.
Ayu sempat belajar di Horikoshi Gakuen, sekolah menengah atas
di Tokyo. Namun dia tak bisa bertahan lama di sini. Ayu meninggalkan bangku sekolah
sebelum tahun pertama dituntaskan.
Keputusan tersebut diambilnya
lantaran Ayu memang sedang malas saja. Pasalnya saat itu dia toh tak memiliki
pekerjaan yang menjadi alasan ‘masuk akal’ untuk keluar dari sekolah. Lebih
parah lagi, Ayu hanya menghabiskan waktu dengan nongkrong di Shibuya boutiques dan Velfarre, salah satu disco club yang dimiliki oleh Avex.
Di Velfarre, Ayu mulai terlibat ikatan
persahabatan cinta yang tulus dengan Max Matsuura [松浦 勝人].
Max yang sudah berpengalaman sebagai produser rekaman, memiliki instuisi bagus
dalam melihat bakat yang bisa dia garap. Tak heran walau hanya sekali mendengar
Ayu karaokean, Max segera memberikan
tawaran kontrak rekaman pada Ayu.
Perjumpaan Ayu dan Max adalah satu
perlintasan penting bagi mereka. Satu peristiwa yang memberikan keberuntungan
tersendiri bagi keduanya.
Bagi Max, Ayu adalah ‘sesuatu’ yang
bisa digarap untuk menahbiskan namanya sebagai produser yang sukses. Sementara
bagi Ayu, Max adalah sosok penting yang menghantarkannya pada jalan yang
memudahkannya untuk menanggung biaya keseharian ibu.
Kepedulian Max tak sebatas saat
penawaran kontrak. Bahkan Max rela bersusah payah membantu mengirimkan Ayu untuk
berlatih vokal ke New York, setelah latihan vokal yang dilakukan di Tokyo tak
cocok dengan Ayu.
Sepanjang Ayu di New York, keduanya
tetap berinteraksi intim hingga kemudian Ayu kembali ke tanah air. Sekembalinya
Ayu ke Tokyo, Max menyarankan agar Ayu berani menulis lirik sendiri untuk
dilantunkan sendiri sebagai penyanyi.
Dari sinilah Ayu mulai berhasil
melaju terus tanpa henti sepanjang menggelinjang. Ayu terus berbuat untuk menghibur yang papa dan mengingatkan yang mapan
dengan cara yang bisa dia lakukan.
Semenjak memasuki gerbang pentas
hiburan, Ayu tak lelah berjuang untuk terus mengayuh perjalanan. [iii]
Perjalanan Ayu tak selalu disertai keinginan melawan
arus. Kadang dia juga mengikuti arus. Ayu
hanya mengikuti nuraninya, yang ada kalanya tampak mengikuti arus, bisa juga
melawan arus, atau membuka arus baru.
Ayu hanya mengikuti nurani tanpa ada
pencapaian yang dicari. Dia mentas
tanpa mencari pencapaian namun tak lelah berjuang. Di-reken sukses atau tidak dalam pencapaian bukan urusannya, yang
merupakan kesukesannya hanyalah tak lelah mengayuh secara terus-menerus.
Itulah mengapa Ayu berulang kali bersikap kosok bali
dengan keputusan Avex. Avex memutuskan menjual Ayu sebagai produk, bukan sebagai
manusia, kosok bali dengan keinginan Ayu. Walau begitu, kerja sama keduanya
tetap berlanjut walau terdapat pendapat yang saling berlawanan.
Sebagai sosok yang menyedot perhatian kerumunan, satu sisi Ayu sangat dicinta laiknya Mûsâ
bin Amram [ ٰمُوسَى atau Moses] saat berhasil menyelamatkan muruah bangsa
Israel setelah diinjak bangsa
Mesir. Satu sisi dia
begitu dibenci seperti Fir’aun [فرعون atau Pharaoh] era Mûsâ sebagai pencetak
catatan kelaliman luar biasa.
Apapun semat yang diberikan padanya,
yang jelas Ayu bukanlah Mûsâ maupun Fir’aun era Mûsâ. Segala pujian dan kata
sanjungan tak membuatnya melayang seperti halnya segala hinaan dan caci maki
tak membuatnya tumbang.
Ayu mengerti
bahwa dampak mementaskan diri sebagai penghibur adalah segala perkara maupun
peristiwa yang berkelindan dengannya tak bisa dilepaskan dari sorotan media,
media massa dan media sosial. Sorotan yang membuatnya gagah berdiri sebagai
sosok yang dicintai sekaligus dibenci.
Ayu menjalani keseharian seperti King 'Alī bin Abī Thālib [علي بن أﺑﻲ طالب] dan Queen ‘Ā’ishah bint Abī Bakr [عائشة بنت أبي بكر]. Mereka sama-sama menjadi sosok yang sangat dicintai oleh
sekerumunan dan begitu dibenci oleh sekerumunan lain. Wajar, lantaran mata yang cinta
selalu tumpul dari segala cela sepertihalnya mata yang penuh amarah hanya mudah
memandang segala yang nista.
Segala semat yang dialamatkan pada Ayu tak membuatnya berhenti meniti tatanan
dan menata titian. Sebagian orang memandang puan ini bukanlah sosok istimewa
sehingga tak pantas untuk dikagumi. Memang tak ada yang istimewa dari seorang
Ayumi Hamasaki.
Ayumi Hamasaki memang manusia biasa yang tidak
istimewa. Dia butuh makan, minum, maupun tidur. Dia juga bisa bisa berpeluh
lelah, berkeluh kesah, merasa bad mood
menghadapi serbuan orang, dsb dst.
Meski begitu, Ayumi tetaplah sah-sah saja menjadi sosok
yang dikagumi. Bukankah salah satu perkara yang membuat persembahan dari surga Muhammad shallallahu’alaihiwasallam
asyik dikagumi adalah karena dirinya mementaskan keseharian sepertihalnya
manusia biasa? [iv]
Puan pemilik 31B ini mementaskan kesungguhan untuk
bisa menjadi manusia seutuhnya. Dia mengelaborasi perasaannya agar kehadirannya
memberi rasa gembira. Dia juga peduli merawat kepantasan penampilan badan. Semua
ini dilakukannya dengan kesadaran bahwa sebagai personal dirinya adalah bagian
dari komunal. [v]
Sebagai manusia, Ayu memiliki dua kepribadian
berlawanan, mistress dan goddes. Kepribadian mistress yang dipentaskannya dengan perilaku fearless selaras dengan perilaku kenes kepribadian goddes yang dimiliki.
Dua sisi berlawanan yang ada dalam setiap jiwa manusia
biasa ini sanggup dipadukan sekaligus oleh Ayu dengan bagus. Kesanggupan memadukan
dua sisi berlawanan membentuk dirinya menjadi sosok queen.
Kesungguhan melakoni keseharian dengan mementaskan laku
seperti itu membuat Ayu tak salah mendapat semat sebagai manusia paripurna.
Manusia yang layak di-tiru
(menginspirasi) dan pantas di-gugu
(memotivasi) oleh generasi
saat ini dan saat nanti.[vi]
Karena Ayu adalah manusia biasa, maka tak sulit bagi
manusia lainnya untuk menikam rekam jejak yang telah dijalani oleh seorang
Ayumi. Tak harus menikam rekam jejaknya sebagai penghibur, walakin mengikuti
semangatnya untuk tak lelah mengayuh perjalanan.
B.Sl.Kl.061250.38.051216.22:15
[i] Heartbreaker diadopsi dari judul tembang Led
Zeppelin, Masterpiece diadopsi dari judul tembang Madonna Louise
Veronica Ciccone, serta Made in Heaven diadopsi dari judul tembang Queen.
[iii]
Queen, band genius asal Britania, memberi apresiasi
dan penghormatan tinggi terhadap setiap manusia yang tak lelah mengayuh
perjalanan melalui karya mereka berjudul Bicycle
Race.
[iv]
Sebagai seorang nabi sekaligus rasul, Muhammad jelas manusia istimewa.
Walau begitu kekaguman saya pada Muhammad lebih banyak terletak pada pementasan
kesehatiannya yang wajar-wajar saja dalam posisinya sebagai nabi sekaligus rasul yang menerima buku mulia bernama al-Quran.
Badan
Muhammad masih mengucurkan darah saat dirinya dilempar batu. Padahal, bisa saja
Muhammad meminta dilindungi dengan kekebalan terhadap serangan yang ditujukan.
Sebagai suami, Muhammad juga bisa kesulitan mengendalikan istrinya yang paling rewel, Queen Aisha.
Sebagai
pemimpin pasukan, Muhammad pun masih bisa kecolongan dengan rusaknya garis
koordinasi saat perang Uhud, yang membuat pasukan yang dia pimpin kalah di
penghujung perang Maret 652.
Perang yang
merupakan ajang biasa saja untuk budaya pada dimensi ruang dan waktu yang
dijalani Muhammad. Namun kekalahan dalam satu ajang tentu menimbulkan efek
psikologis yang melumpuhkan barisan lingkungan yang sedang mengalami masa
pembangunan.
Andai saat
itu pasukan yang dipimpin Abu Sufyan menurunkan seluruh kekuatannya, bisa jadi
lingkungan kerumunan yang sedang dibangun Muhammad berhasil dihancurkan tanpa
bekas terutama jika Muhammad berhasil tewas.
[v] Al-Quran
menggunakan tiga kata yang sama-sama bertutur tentang manusia, ialah
al-insan [الإنسان], al-basyar [البشر], dan an-naas [الناس]. Walau sama
arah penuturannya, terdapat perbedaan kaitan ketika al-Quran menyebut
sebagai al-insan, al-basyar, maupun an-naas. Al-insan dan al-basyar merujuk pada
manusia secara personal. Bedanya kalau al-basyar melihat sisi kasat mata
sedangkan al-insan melihat sisi tak kasat mata. Sementara an-naas merujuk pada
manusia secara komunal.
[vi]
Manusia adalah makhluk berperasaan, sehingga rasa bagi
manusia menjadi landasan yang kuat. Ketika ada seseorang yang memiliki satu set badan lengkap tanpa dapat merasakan
rasanya sendiri, apalagi rasa manusia lainnya, dia seakan robot. Walaupun
memiliki kepintaran melebihi kepintaran para perancangnya, belum bisa memiliki
rasa.
Sebagai makhluk berperasaan, berungkap rasa merupakan pementasan yang wajar
dilakukan dalam keseharian. Entah ungkap rasa melalui gambar, rupa, nada,
gerakan, tulisan, dsb. dst. termasuk bergeming. Ungkap rasa yang disertai rasa
sama membuat manusia saling mengapresiasi dan menghormati setiap pilihan
keseharian yang dijalani.
Segala ungkap rasa yang yang bisa menggembirakan rasa ataupun menjadi
sarana melepas rasa lara menimbulkan kekaguman pada pengungkap rasa. Kekaguman
membikin manusia yang dikagumi mewujud sebagai panutan. Semua orang tentu
memiliki panutan. Mulai orangtuanya, keluarga, tetangga, sahabat, guru, teman,
hingga sosok lainnya termasuk sosok yang dikenal sebagai public figure.
Panutan, baik seorangan atau sekerumunan, memberi semangat terhadap langkah
yang dijalani dalam melakoni keseharian. Panutan memiliki peran psikis, yang
dapat memengaruhi pandangan (cara, sudut, dan jarak) terhadap sesuatu bahkan
bisa memengaruhi seseorang sepenuhnya.
Seorang panutan biasanya menjelma sebagai sosok agung bagi pengagumnya.
Sosok yang memiliki daya dorong luar biasa hingga sanggup membawa batin
pengagumnya larut terhadap beberapa perkara. Saking hanyut batin itu sampai
pementasan perilaku keseharian tak bisa dirunut dengan nalar biasa.
Setiap manusia layak menjadi panutan. Entah manusia tersebut dipandang
sebagai sosok besar karena banyak orang juga mengaguminya atau dipandang
sebagai sosok kecil karena sedikit orang yang mengenalnya. Sepanjang orang
menampilkan kesungguhan dalam menjalani keseharian, pasti ada orang yang
menjadikannya sebagai panutan, meski diam-diam.
![]() |
Menjilati Ayumi — heartbreaker masterpiece made in heaven |