That A Butcah Chuniez


— Puzzle Perjalanan Eny Rochmwati Octaviani
That A Butcah Chuniez — Puzzle Perjalanan Eny Rochmwati Octaviani
That A Butcah Chuniez — Puzzle Perjalanan Eny Rochmwati Octaviani

“Apabila kamu tak bisa mencapai tujuanmu melalui satu jalan, berusahalah mencari dengan jalan lain.” — Tata, penggemar YoonA.

Ungkapan tersebut saya pilih untuk mengawali catatan picisan yang rencananya berkelanjutan ini. Ungkapan itu adalah pesan yang dituliskan oleh Tata dalam buku kenangan SMPN 3 Kudus angkatan 2009/2010. Saya bisa membacanya setelah Tata meminjamkan buku tersebut pada saya, Juni 2010 silam.

Buku kenangan tersebut hanya saya baca beberapa saat saja dan segera saya copy sebagian. Antara lain bagian yang memuat Tata, Leily, dan Hida. Walau cuma sebentar, saya malah baru mengembalikannya sesudah ditagih Tata. Sangat lama saya meminjamnya hingga hampir lupa mengembalikan.

Bila dirunut ke belakang, sebelum Tata menulis ungkapan itu, dia sudah beberapa kali memberikan pesan yang selaras pada saya secara tersirat. Satu contoh bagus adalah ketika saya hendak masuk pesantren. Peristiwa ini terekam bagus melalui lantunan Aura Kasih dan Aliya Sachi dalam langgam Jangan Bilang Siapa Siapa.

Saya memanggilnya Tata. Sejauh yang saya tahu, orang lain juga demikian. Leily, sahabat kami, memanggilnya Tata. Hida, yang juga sahabat kami, pun memanggilnya Tata. Tampaknya semua orang yang mengenal Eny Rochmwati Octaviani ini memanggilnya dengan sapaan Tata, persis seperti nama panggilan resminya.

Hanya saja, ketika Tata menulis singkat di buku diary saya, dia menulis namanya That a. Lebih lanjut, Tata merangkai That a dengan imbuhan Butcah Chuniez. Butcah Chuniez adalah frasa yang Tata susun sendiri, untuk menggambarkan dirinya sendiri.

Ungkapan yang terkesan kekanak-kanakan tersebut adalah kependekan dari bocah lucu dan manis. Tata memang kekanak-kanakan, dia terus merawat sifat anak-anak sampai sekarang: tak ada dendam, pemaaf, mengabaikan perbedaan personalitas dan identitas demi solidaritas, dsb dst.

Sifat anak-anak seperti itu biasanya mudah luntur ketika usia tambah tua dan mental dianggap semakin dewasa. Sebagian manusia merasa tersinggung dan tak mau menerima kalau disebut anak-anak maupun kekanak-kanakan. Saya malah merasa tak apa-apa kalau ada orang yang menyebut demikian.

Bocah lucu dan manis ini sudah lama bergaul dengan saya. Kami sering berkomunikasi sejak awal perkenalan kami sampai akhirnya terjalin ikatan persahabatan yang sangat erat. Dari ikatan tersebut, muncul interaksi intim antara kami, tak ada sekat pemisah. Dalam beberapa kesempatan, kami juga menyempatkan bertatap muka dalam satu ruang dan waktu yang sama.

Tak dimungkiri memang ada perbedaan maupun perselisihan. Hanya saja, perbedaan selalu berusaha diselaraskan serta perselisihan selalu berusaha diselesaikan bersama-sama. Kalau memang tak bisa menyelaraskan perbedaan maupun gagal menyelesaikan perselisihan, biasanya perbedaan dan perselisihan hanya tak dipermasalahkan saja.

Tata tak hendak memaksa saya melupakan segala perkara dan peristiwa lantaran dia adalah salah satu orang yang niteni daya ingat dan kebiasaan saya. Perkara dan peristiwa yang telah dilalui memang tak serta merta mudah terlupa oleh saya, malah ada beberapa yang sengaja dipelihara. Pasalnya saya memiliki kegemaran memaknai pengalaman sendiri.

Kebiasaan tersebut menjadikan pemaknaan pengalaman sendiri pada satu waktu bisa berbeda bahkan bertentangan dengan pemaknaan pada waktu lainnya. Kira-kira bisa disebut bahwa kesimpulan saat ini adalah modal hipotesis saat nanti, kalau dipasang pada alur penelitian ilmiah, penelitian yang proses maupun hasilnya bisa diikuti oleh semua manusia.

Kehadiran Tata adalah salah satu peristiwa fenomenal yang saya alami. Satu peristiwa yang terasa asyik. Asyiknya begini: banyak hal yang semula cuma saya pahami sebagai penjelasan tertulis maupun penjelasan lisan, dari Tata semua itu bisa saya mengerti melalui penjelasan berkesan setelah bersinggungan dengan pengalaman pribadi.

Hingga saat ini, Tata selalu hadir dalam perjalanan saya. Hadir di sini tidak berarti harus berupa kedatangan ragawi. Hadir di sini, seperti dituturkan Gabriel Marcel, ialah “ada bersama walau tak mesti dalam ruang maupun waktu yang sama”.

Tata senantiasa hadir dalam benak saya. Saya tidak tahu apa resep Butcah Chuniez bisa hadir di segala ruang dan waktu sepanjang saya menggelinjang perjalanan. Tata bisa membuat suasana menjadi nyaman ketika bersama dalam ruang dan waktu yang sama sepertihalnya menimbulkan kerinduan ketika kami terpisah dimensi, ruang maupun waktu.

Apa karena namanya Rochmwati yang bermakna pengasih dan dia lahir pada hari Rabu yang merupakan hari bercahaya sehingga kasih yang dia berikan bisa merasuk batin saya selembut kirana? Entahlah. Sifat pengasih Tata melahirkan kepedulian dan ketulusan yang sampai saat ini belum bisa saya lakukan. Perlu waktu lama agar saya bisa meneladani Tata.

Nama adalah doa dari pemberi nama kepada yang diberi nama. Selain diucapkan dalam serentetan rangkaian ritual ibadah mahdhah maupun peristiwa sakral, doa juga bisa diungkapkan melalui sebuah nama yang disandangkan.
That A Butcah Chuniez — Puzzle Perjalanan Eny Rochmwati Octaviani
That A Butcah Chuniez — Puzzle Perjalanan Eny Rochmwati Octaviani

Doa yang dihembuskan oleh orangtua sedari dini dalam suasana bahagia melalui sebuah nama akan terus menyerta tanpa sirna. Saya yakin orangtua Tata tak sembarangan memberi nama untuk buah hati yang mendapat panah takdir sebagai anak semata wayang kulit ini.

Orangtua jelas memberikan nama yang bagus, baik dari segi ucapan maupun makna. Rochmwati bermakna puan penuh kasih. Nama yang diberikan pada Tata ini tak sia-sia. Tata memang menjadi sosok yang penuh kasih, kasih yang dia tumpah-ruahkan pada semua, tak pilih kasih untuk memberikan kasihnya.

Di mata semua orang yang mengenalnya, Tata adalah sosok menyenangkan yang selalu peduli dengan tulus kepada mereka. Kepedulian yang tulus pada sesama ciptaan-Nya yang berasal dari sifat kasihnya. Tanpa pernah meminta, mereka yang mendapat kasih dari Tata pun kemudian dengan sukarela memberikan kasihnya pada Butcah Chuniez ini.

Kasih untuk semua tanpa pilih kasih merupakan salah satu sari pati dari Jimat Kalimasada yang dimiliki Judhistira. Jimat Kalimasada yang terkenal sebagai pusaka Pandawa sesungguhnya cuma kerta kosong, maka tak pernah dibaca seumur sepanjang Judhistira mengayuh perjalanan. Kalau digambarkan sekarang, seperti kertas kosong yang diperebutkan dalam film paling relijius, Kungfu Panda.

Sari pati ini kemudian tampak ketika Jushistira bisa membaca Jimat Kalimasada. Judistira bisa membacanya setelah Lingga Maya memintanya membaca jimat tersebut dengan niat dan bahasa Sastra Cetha Atining Suksma Sejati (nurani). Lingga Maya adalah nama anjing kesayangan Judhistira, seperti mendiang Tinkerbell yang menjadi anjing kesayangan Paris Whitney Hilton.

Setelah dibacakan Jimat Kalimasada, Lingga Maya mendadak berubah wujud menjadi Batara Darma. Batara Darma adalah dewa yang bertugas menjaga tegaknya kejujuran, keadilan, dan kebenaran. Sialnya, Batara Darma pernah dikutuk oleh Begawan Animandaya karena dianggap tak bijaksana. Mirip dengan Kim Tae-yeon [김태연] yang dikutuk oleh penggemar Jessica Sooyoun Jung [제시카 정] karena dianggap tak bijaksana.

Melalui pembacaan tersebut, Judhistira membaca lima pasal dalam Jimat Kalimasada:
1.    Siapa ingin kaya, banyak-banyaklah berderma.
2.    Siapa ingin pintar, banyak-banyaklah mengajar.
3.    Siapa ingin dikasihi, tumpah-ruahkanlah kasih itu ke semua.
4.    Siapa ingin bahagia, bahagiakanlah sebanyak mungkin orang.
5.    Siapa ingin mati sempurna, sempurnakanlah kematian sahabatmu.

Tata tidak mengucapkan butir-butir itu. Dia melakukan. Dia melakukan semua itu sepanjang mengayuh perjalanannya. Terlebih butir ketiga Kalimasada merupakan sari pati Rochmwati, nama yang disandang Tata sejak bayi. Sari pati yang menjadi titik tolak untuk melakukan empat butir lainnya dalam Kalimasada.

Orangtua Tata tentu bahagia dengan apa yang dilakukan anak tunggalnya ini. Anak yang mereka beri nama Rochmwati benar-benar menjadi seorang pengasih yang menumpah-ruahkan kasihnya pada semua tanpa pilih kasih. Tak salah Tata menyandang nama Rochmwati yang kadang dia ucapkan pada saya Lochmwati.

Kehadiran Tata selalu membesarkan hati saya. Membesarkan hati saya sebagai pemacu untuk segera bangkit dari keterpurukan dalam waktu singkat. Membesarkan hati setelah meluangkan waktu untuk menyimak keluh kesah sebagai cara untuk mengenali masalah.

Bagusnya Tata tak selalu memberi saran pada saya. Dia berusaha untuk membantu saya mengenali masalah yang dialami sekaligus memberi kepercayaan sepenuhnya bahwa saya bisa menyelesaikan masalah itu dengan cara saya sendiri.
That A Butcah Chuniez — Puzzle Perjalanan Eny Rochmwati Octaviani
That A Butcah Chuniez — Puzzle Perjalanan Eny Rochmwati Octaviani

Kebiasaan Tata sebenarnya biasa saja lantaran memang semestinya tak mekso memberi saran melainkan mengenali masalahnya dulu. Hanya saja sebagian manusia merasa sia-sia berkeluh kesah dan merasa kurang hebat kalau tak bisa memberi saran.

Berkali-kali Tata membesarkan hati saya dan saya harus tahu diri. Saya cuma laki yang tak bisa membesarkan hati puan, apalagi puan istimewa seperti Tata. Saya belum pernah merasakan sakitnya datang bulan, mengandung bayi, menyusui bayi, mengasuh anak dengan penuh kasih sayang.

Saya memang tak akan merasakan sendiri pengalaman yang sudah dan akan dirasakan oleh Tata. Dia seorang puan hebat yang bisa selalu hadir dalam perjalanan manusia yang mengenalnya: Tata. Lebih dari itu, Tata adalah salah satu manusia yang terus memotivasi (digugu) sekaligus menginspirasi (ditiru) saya.

Tata adalah salah satu manusia yang memotivasi untuk tak ragu dalam mengekspresikan perasaan melalui cara yang nyaman saya lakukan. Dia juga menginspirasi saya untuk bersikap lentur melalui ekpresi yang ditampakkan saat sedang tampil sebagai penari sekaligus kaku yang ditunjukkan saat dia menjadi model.

Puan kelahiran Kudus, 04 Oktober 1995 ini memang manusia biasa. Tata merupakan sosok berperasaan [الإنسان] dengan penampilan menawan [البشر] yang mau membaur dalam lingkungan [الناس]. Sepanjang menjalani keseharian, dia hanya berusaha untuk menghibur yang papa dan mengingatkan yang mapan.

Tak ada yang istimewa dari Tata karena semua manusia bisa meniru untuk melakukannya. Walau tak istimewa, puan Libra ini tetaplah sosok panutan yang patut dianut. Semangat perjuangannya layak diperjuangkan. Perjalanannya merupakan satu sisi megah tersendiri yang layak dikagumi.

Tata mentas tanpa mencari pencapaian namun tak lelah berjuang. Di-reken sukses atau tidak dalam pencapaian bukan urusannya, yang merupakan kesuksannya hanyalah tak lelah mengayuh secara terus-menerus.

Mengayuh... mengayuh... mengayuh perjalanan... saling mengapresiasi kesamaan dan menghormati ketidaksamaan... “You say God give me a choice...” seperti lantun Queen dalam Bicycle Race.

Tata tak lelah berjuang mewujudkan keseimbangan lingkungan kebersamaan. Keseimbangan yang membuat orang-orang merasa aman dan nyaman saat saling menyapa karena memiliki rasa sama.

Satu perjalanan yang patut diapresiasi. Saling menyapa adalah satu cara jitu untuk merawat titik temu antar sesama. Seperti diungkapkan oleh nama besar sebelum Tata, Master Mister Immortal Commander Muhammad shallallahu'alaihiwasallam.

Sang kirana azalea bertutur bahwa menyapa adalah senjata manusia beriman [الدعاء سلاح المؤمن]. Satu pernyataan yang diabadikan oleh Madonna melalui Like a Prayer.

Saya merasa beruntung berjumpa dengan Tata sejak persemaian remaja. Rekaman kebersamaan yang telah dijalani selalu memberi rasa gembira. Kegembiraan berkelanjutan menimbulkan sebuah kekaguman hingga memberi semangat untuk mengabadikan.

September 2015 silam, tepat sewindu sejak pertama saya saling menyapa dengan Tata, timbul keinginan untuk mengabadikan kebersamaan dengan Tata. Kebersamaan dengan Tata, seorang puan dengan sifat penuh kasih yang menekuni bidang keperawatan.

Setelah melalui pencarian sekilas, saya menemukan kata paling sering dirangkai dengan rahmah [رحمة], ialah rabbi [رب‎‎]. Dari pencarian berikutnya, saya menemukan bahwa kata rabbi [رب‎‎] memang menekankan pada sisi femininine ketimbang masculinine yang ditekankan oleh kata ilah [إله‎‎].

Kedua kata tersebut, ialah rabbi [رب‎‎] dan rahmah [رحمة], sama-sama diawali dengan R. Tata sempat menghilangkan alphabet R saat berinteraksi dengan saya beberapa tahun silam, termasuk mengubah Rochmwati menjadi Lochmwati. Buat seru-seruan saja lantaran saya cadel, not perfect but limited edition.

Sebagai cara mengabadikannya, maka saya mencari padanan kata rabbi [رب‎‎] yang selaras dengan kata rahmah [رحمة] namun tak mengandung huruf R. Akhir pencarian berkelanjutan membawa saya pada kata Pelantan.
That A Butcah Chuniez — Puzzle Perjalanan Eny Rochmwati Octaviani
That A Butcah Chuniez — Puzzle Perjalanan Eny Rochmwati Octaviani